Album Dark Side of The Moon - Pink Floyd
Tahun ini usia album Dark Side of The Moon telah berusia 30 tahun. Tanggal 31 Maret 2003 Pink Floyd telah merilis super audio CD (SACD) album itu. Akhir bulan ini mereka merilis DVD album bersejarah itu, lengkap dengan wawancara muktahir keempat personel Pink Floyd serta mereka yang terlibat dalam produksi, seperti teknisi studio, Alan Parsons, dan perancang sampul depan, Storm Thorgerson.
Sejak dirilis 24 Maret 1973, Dark Side telah terjual lebihd dari 3 juta keping di seluruh dunia. Pada Guinness Book of Recordss, Dark Side mencatat rekor menjadi album terlama yang bertengger di Billboard 200 selama 591 minggu berturut-turut, atau selama lebih 11 tahun. Jika tidak dihitug secara berturut-turut, Dark Siode masuk daftar selama 741 pekan atau sekitar 14 tahun.
Di AS saja, Dark Side terjual 417.000 keping selama tahun 2002. Meskipun hanya satu kali menembus urutan pertama Top 75 di AS, Dark Side tidak bosan-bosannya masuk daftar Top 75 itu selama 310 minggu berturut-turut. Itulah sebabnya mengapa gitaris David Jon Gilmour (56), pemain kibor Richard William Wright (57), pemetik bas George Roger Waters (58), dan pemain drum Nicholas Berkeley Mason (57) masuk dalam urutan orang terkaya di Inggris berkat royalti album ini. Belum lagi royalti dari albium bersejarah lainnya, the Wall (1979).
Pada tahun 1990 di Australia, pendengar radio nasional melalui jejak pendapoat memeilioh Dark Side sebagai album terbaik untuk didengar sambil bercinta. Teriakan merdu dan orgasmik yang hitam pekat dengan kematian ini dilantunkan oleh Clal-re Torry dalam nomor The Great Gig In the Sky.
Kalau saja Dark Side tak pernah ada, Pink Floyd belum tentu meraksasa sebagai salah satu kelompok rock terbaik dalam sejarah. Lima album mereka yang dirilis sebelum Dark Side, tidak pernah menembus angka penjualan 250.000 keping. Prestasi terbaik terjadi hanya sekali ketika single See Emily Play masuk keurutan Top 10 di Inggris tahun 1967.
Dark Side menjadi sejarah tonggak musik rock, antara lain, karena digarap dengan pendekatan yang tidak normal untuk ukuran saat itu. “Ia penuh dengn bunyi-bunyian elektronik, penuh teknologi, penuh efek suara, penuh ruang, penuh intelektualitas, juga ada musik soul...dan juga penuh emosi, penuh narasi, juga penuh gitar dan saksofon. Ia juga penuh dengan suara indah sekaligus berisik, dan dilain pihak juga penuh dengan kesunyian,” kata Phil Sutcliffe dan Peter Henderson, dua wartawan majalah musik Mojo, dalam edisi Maret 1998.
Pada album inilah untuk pertama kalinya Waters menulis seluruh lirik dengan cara yang sangaa tidak rumit dan dangat mudah dimengerti oleh siapa saja. “Album ini terpusat pada simbol-simbol ekstremitas yang sederhana, namun fundamental. Ada matahari ada bulan, gelap dan terang, baik dan jahat, kematian dan kehidupan,” ujar Waters. Dalam nomor Brain Damage, Waters menulis “I’ll see you on the dark side of the moon”. “ Ini adalah saya yang berbicra kepada pendengar; dengan mekatakan saya tahu bahwa mereka sedang dirundung kesedihan atau lagi kesal karena saya juga mengalamai hal yang serupa. Salah satu cara menjalin kontak dengan pendengar adalah dengan berbagi suasana bahwa kadang kala saya juga penuh kekesalan dan kemarahan,” tutur Waters.
Bagi sebagian penggemar lainnya, Dark Side menjadi album yang dinikmati sebagai “pendamping” ideal dalam pemakaian narkotika. Meurut pengakuan Gilmour; pada saat itu keempat personel Pink Floyd sudah selesai bersenang-senang dengan kehidupan narkotika seperti acid atau kokain. “kami hanya bergelimang dengan alkohol, paling banter menghisap ganja,” ujar Gilmour.
Banyak juga yang sepakat dengan bahwa Dark Side merupakan concept album yang secara musikal menyuguhkan kegilaan sebagai tema sentral yang disuguhkan secara lengkap, yang semestinya dinikmati dengan mendengar rangkain sepuluh lagu secara berkesinambungan. Titik awal kegilaan itu dimulai dari nomor Speak To Me, sebuah kolase yang penuh misteri, sampai ke klimaks dalam bentuk narasi “there is no dark side of the moon really, matter of fact it’s all dark”.
Menurut Glenn Povey dan Ian Russel dalam buku Pink Floyd In The Flash: The Complete Performance History (1997), embrio Dark Side lahir dalam sebuah diskusi di dapur Mason pada akhir tahun 1971. Adalah Waters yang menggagas tema kegilaan yang dikaitkan dengan beberapa subtema, seperti kekerasan, hubungan majikan dengan buruh, pengaruh uang, dan mengenai berbagai masalah psikologis-sosial lainnya.
Menurut banyak pengamat musik, kesinambungan drama serta musik Dark Side yang terdiri dari sepuluh nomor itu praktis sangat sempurna. nomor pembuka, Speak To Me, diawali dengan suara detak jantung yang secara perlahan-lahan bercampur dengan narasi orang-orang yang diwawancarai Waters. “I’ve been mad for fucking years...I’ve always been mad, I know I’ve been mad like like the most of us have,” itulah narasi kegilaan dan kekerasan yang direkam dari dua kru Pink Floyd, Chris Adamson dan Jerry Driscoll.
Beberapa detik kemudian muncullah introduksi dari potongan ingar-bingar nomor Time & Money berupa “tik-tak-tik-tak” berbagai jenis jam dinding, suara orang-orang tertawa, suara uang-uang logam yang dijatuhkan ke lantai, suara mesin kasir kuno, serta efek-efek suara dari synthesizer model VSC3, puncaknya adalah potongan teriakan orgasmik Torry.
Bagian tengah album Dark Side, mulai dari Breathe sampai Any Colour You Like, merupakan “daging” dari keseluruhan concept album ini. Dibagian ini misalnya, ada petatah-petitih mengenai cepatnya waktu berlalu: “And then one day you find ten years have got behind you, no one told you when to run, you missed the starting gun.” Lalu pada nomor Money, muncul topik mengenai tekanan berat terhadap musisi di kala itu, yang sering terpaksa mengikuti dikte dikte dari studio/label demi pertimbangan-pertimbangan komersil saja. ada juga tentang nasib karyawan yang diperas dalam sistem Kapitalisme: “If yoiu ask for a rise it’s no surprise that they’e giving nonne anyway.”
Di nomor Us & Them, Pink Floyd mengispirasi buruh untuk melawan karakusan seorang majikan pemilik modal. Bos atau anak buah, semua tak lebih dari seorang manusia dan pemilik modal akhirnya toh harus mati: “For want of the price of tea and slice, the old man died.”
Intisari dari Dark Side, yang sebenarnya bermaksud mengajak pendengar untuk secara suka rela memafhumi kegilaan setiap orang dalam kehidupan keseharian, tersaji pas pada dua nomor terakhir, Brain Damage dan Eclipse. Waters sesungguhnya menerwatakan setiap orang yang enggan menyingkap wajah dan jiwa mereka, yang sudah terlalu lama memakai topeng dan tidak malu untuk mengaku-ngaku bahwa mereka selalu waras.
“Pada awalnya kami memang susah mengembangkan tema tentang kegilaan. namun kami tidak bosan-bosan berlatih, dan akhirnya secara perlahan kami berhasil juga,” tutur Wright. “Roger yang intelektual, dan saya pribadi yang keras dan mempunyai kemampuan musikal yang lebih baik. Kombinasi inilah yang menjadi kunci sukses kami,” tutur Gilmour.
Untuk memberikan efek ambience pada tema tentang kegilaan itu, Waters mewawancarai beberapa orang yang berada di studio Abbey Road, termasuk Paul dan Linda McCartney beserta personel the Wings yang kebetulan sedang rekaman pula. Ada belasan pertanyaan yang ditulis di atas kartom di studio, lalau jawaban – juga makian dan gelak tawa – setiap orang direkam Waters. Ada pertanyaan ringan seperti “Apakah anda taku mati?” atau “kapan terakhir kalinya Anda memukul orang?” Tidak kurang pula pertanyaan yang berkaitan dengan album itu sendiri, seperti “menurut anda apa arti dark side of the moon?” Sebuah jawaban pada nomor The Great Gig: “I’m not afraid of dying, anytime will do, I don’t mind.”
Dark Side dikerjakan selama 38 hari dalam kurun waktu tujuh bulan, dan proses rekaman di Studio Abbey Road menghabiskan waktu 18 hari dalam periode 1 sampai 25 juni 1973. Semua nomor album ini memang sudah mulai digarap di studio di sela-sela tur mereka di mancanegara -mulai dari Perancis sampai Jepang- sejak November 1971, sampai akhirnya masuk ke studio rekaman. Di tengah-tengah kesibukan mempersiapkan Dark Side, Pink Floyd melakukan tur dunia serta berbagai kesibukan lainnya, seperti shooting film Live At Pompeii, atau merilis album Obscured By Clouds. Dark Side diperdengarkan secara lengakap dan beruntun dalam konser di The Dome (Brighton, Inggris) 20 januari 1972 sebagai pembuka tur bertajuk Eclipse ( A Piece Of Assorted Lunatics) yang berlangsung di Eropa, Jepang, AS dan Kanada.
Setelah sekitar satu setengah tahun “tes pasar” di mancanegara, Gilmour dan kawan-kawan akhirnya masuk studio. Setelah dirilis resmi, Dark Side langsung meledak. “Sebelum Dark Side, kami cuma dianggap sebagai kelompok rock yang memainkan musik intelektual. Namun sukses Dark Side membuat kami menjadi merek global,” tutur Mason.
©sumber : Kompas/16/08/03/BudiartoShambazy/artikel-image : wikipedia
Sejak dirilis 24 Maret 1973, Dark Side telah terjual lebihd dari 3 juta keping di seluruh dunia. Pada Guinness Book of Recordss, Dark Side mencatat rekor menjadi album terlama yang bertengger di Billboard 200 selama 591 minggu berturut-turut, atau selama lebih 11 tahun. Jika tidak dihitug secara berturut-turut, Dark Siode masuk daftar selama 741 pekan atau sekitar 14 tahun.
Di AS saja, Dark Side terjual 417.000 keping selama tahun 2002. Meskipun hanya satu kali menembus urutan pertama Top 75 di AS, Dark Side tidak bosan-bosannya masuk daftar Top 75 itu selama 310 minggu berturut-turut. Itulah sebabnya mengapa gitaris David Jon Gilmour (56), pemain kibor Richard William Wright (57), pemetik bas George Roger Waters (58), dan pemain drum Nicholas Berkeley Mason (57) masuk dalam urutan orang terkaya di Inggris berkat royalti album ini. Belum lagi royalti dari albium bersejarah lainnya, the Wall (1979).
Pada tahun 1990 di Australia, pendengar radio nasional melalui jejak pendapoat memeilioh Dark Side sebagai album terbaik untuk didengar sambil bercinta. Teriakan merdu dan orgasmik yang hitam pekat dengan kematian ini dilantunkan oleh Clal-re Torry dalam nomor The Great Gig In the Sky.
Kalau saja Dark Side tak pernah ada, Pink Floyd belum tentu meraksasa sebagai salah satu kelompok rock terbaik dalam sejarah. Lima album mereka yang dirilis sebelum Dark Side, tidak pernah menembus angka penjualan 250.000 keping. Prestasi terbaik terjadi hanya sekali ketika single See Emily Play masuk keurutan Top 10 di Inggris tahun 1967.
Dark Side menjadi sejarah tonggak musik rock, antara lain, karena digarap dengan pendekatan yang tidak normal untuk ukuran saat itu. “Ia penuh dengn bunyi-bunyian elektronik, penuh teknologi, penuh efek suara, penuh ruang, penuh intelektualitas, juga ada musik soul...dan juga penuh emosi, penuh narasi, juga penuh gitar dan saksofon. Ia juga penuh dengan suara indah sekaligus berisik, dan dilain pihak juga penuh dengan kesunyian,” kata Phil Sutcliffe dan Peter Henderson, dua wartawan majalah musik Mojo, dalam edisi Maret 1998.
Pada album inilah untuk pertama kalinya Waters menulis seluruh lirik dengan cara yang sangaa tidak rumit dan dangat mudah dimengerti oleh siapa saja. “Album ini terpusat pada simbol-simbol ekstremitas yang sederhana, namun fundamental. Ada matahari ada bulan, gelap dan terang, baik dan jahat, kematian dan kehidupan,” ujar Waters. Dalam nomor Brain Damage, Waters menulis “I’ll see you on the dark side of the moon”. “ Ini adalah saya yang berbicra kepada pendengar; dengan mekatakan saya tahu bahwa mereka sedang dirundung kesedihan atau lagi kesal karena saya juga mengalamai hal yang serupa. Salah satu cara menjalin kontak dengan pendengar adalah dengan berbagi suasana bahwa kadang kala saya juga penuh kekesalan dan kemarahan,” tutur Waters.
Bagi sebagian penggemar lainnya, Dark Side menjadi album yang dinikmati sebagai “pendamping” ideal dalam pemakaian narkotika. Meurut pengakuan Gilmour; pada saat itu keempat personel Pink Floyd sudah selesai bersenang-senang dengan kehidupan narkotika seperti acid atau kokain. “kami hanya bergelimang dengan alkohol, paling banter menghisap ganja,” ujar Gilmour.
Banyak juga yang sepakat dengan bahwa Dark Side merupakan concept album yang secara musikal menyuguhkan kegilaan sebagai tema sentral yang disuguhkan secara lengkap, yang semestinya dinikmati dengan mendengar rangkain sepuluh lagu secara berkesinambungan. Titik awal kegilaan itu dimulai dari nomor Speak To Me, sebuah kolase yang penuh misteri, sampai ke klimaks dalam bentuk narasi “there is no dark side of the moon really, matter of fact it’s all dark”.
Menurut Glenn Povey dan Ian Russel dalam buku Pink Floyd In The Flash: The Complete Performance History (1997), embrio Dark Side lahir dalam sebuah diskusi di dapur Mason pada akhir tahun 1971. Adalah Waters yang menggagas tema kegilaan yang dikaitkan dengan beberapa subtema, seperti kekerasan, hubungan majikan dengan buruh, pengaruh uang, dan mengenai berbagai masalah psikologis-sosial lainnya.
Menurut banyak pengamat musik, kesinambungan drama serta musik Dark Side yang terdiri dari sepuluh nomor itu praktis sangat sempurna. nomor pembuka, Speak To Me, diawali dengan suara detak jantung yang secara perlahan-lahan bercampur dengan narasi orang-orang yang diwawancarai Waters. “I’ve been mad for fucking years...I’ve always been mad, I know I’ve been mad like like the most of us have,” itulah narasi kegilaan dan kekerasan yang direkam dari dua kru Pink Floyd, Chris Adamson dan Jerry Driscoll.
Beberapa detik kemudian muncullah introduksi dari potongan ingar-bingar nomor Time & Money berupa “tik-tak-tik-tak” berbagai jenis jam dinding, suara orang-orang tertawa, suara uang-uang logam yang dijatuhkan ke lantai, suara mesin kasir kuno, serta efek-efek suara dari synthesizer model VSC3, puncaknya adalah potongan teriakan orgasmik Torry.
Bagian tengah album Dark Side, mulai dari Breathe sampai Any Colour You Like, merupakan “daging” dari keseluruhan concept album ini. Dibagian ini misalnya, ada petatah-petitih mengenai cepatnya waktu berlalu: “And then one day you find ten years have got behind you, no one told you when to run, you missed the starting gun.” Lalu pada nomor Money, muncul topik mengenai tekanan berat terhadap musisi di kala itu, yang sering terpaksa mengikuti dikte dikte dari studio/label demi pertimbangan-pertimbangan komersil saja. ada juga tentang nasib karyawan yang diperas dalam sistem Kapitalisme: “If yoiu ask for a rise it’s no surprise that they’e giving nonne anyway.”
Di nomor Us & Them, Pink Floyd mengispirasi buruh untuk melawan karakusan seorang majikan pemilik modal. Bos atau anak buah, semua tak lebih dari seorang manusia dan pemilik modal akhirnya toh harus mati: “For want of the price of tea and slice, the old man died.”
Intisari dari Dark Side, yang sebenarnya bermaksud mengajak pendengar untuk secara suka rela memafhumi kegilaan setiap orang dalam kehidupan keseharian, tersaji pas pada dua nomor terakhir, Brain Damage dan Eclipse. Waters sesungguhnya menerwatakan setiap orang yang enggan menyingkap wajah dan jiwa mereka, yang sudah terlalu lama memakai topeng dan tidak malu untuk mengaku-ngaku bahwa mereka selalu waras.
“Pada awalnya kami memang susah mengembangkan tema tentang kegilaan. namun kami tidak bosan-bosan berlatih, dan akhirnya secara perlahan kami berhasil juga,” tutur Wright. “Roger yang intelektual, dan saya pribadi yang keras dan mempunyai kemampuan musikal yang lebih baik. Kombinasi inilah yang menjadi kunci sukses kami,” tutur Gilmour.
Untuk memberikan efek ambience pada tema tentang kegilaan itu, Waters mewawancarai beberapa orang yang berada di studio Abbey Road, termasuk Paul dan Linda McCartney beserta personel the Wings yang kebetulan sedang rekaman pula. Ada belasan pertanyaan yang ditulis di atas kartom di studio, lalau jawaban – juga makian dan gelak tawa – setiap orang direkam Waters. Ada pertanyaan ringan seperti “Apakah anda taku mati?” atau “kapan terakhir kalinya Anda memukul orang?” Tidak kurang pula pertanyaan yang berkaitan dengan album itu sendiri, seperti “menurut anda apa arti dark side of the moon?” Sebuah jawaban pada nomor The Great Gig: “I’m not afraid of dying, anytime will do, I don’t mind.”
Dark Side dikerjakan selama 38 hari dalam kurun waktu tujuh bulan, dan proses rekaman di Studio Abbey Road menghabiskan waktu 18 hari dalam periode 1 sampai 25 juni 1973. Semua nomor album ini memang sudah mulai digarap di studio di sela-sela tur mereka di mancanegara -mulai dari Perancis sampai Jepang- sejak November 1971, sampai akhirnya masuk ke studio rekaman. Di tengah-tengah kesibukan mempersiapkan Dark Side, Pink Floyd melakukan tur dunia serta berbagai kesibukan lainnya, seperti shooting film Live At Pompeii, atau merilis album Obscured By Clouds. Dark Side diperdengarkan secara lengakap dan beruntun dalam konser di The Dome (Brighton, Inggris) 20 januari 1972 sebagai pembuka tur bertajuk Eclipse ( A Piece Of Assorted Lunatics) yang berlangsung di Eropa, Jepang, AS dan Kanada.
Setelah sekitar satu setengah tahun “tes pasar” di mancanegara, Gilmour dan kawan-kawan akhirnya masuk studio. Setelah dirilis resmi, Dark Side langsung meledak. “Sebelum Dark Side, kami cuma dianggap sebagai kelompok rock yang memainkan musik intelektual. Namun sukses Dark Side membuat kami menjadi merek global,” tutur Mason.
©sumber : Kompas/16/08/03/BudiartoShambazy/artikel-image : wikipedia
0 Response to "Album Dark Side of The Moon - Pink Floyd"
Post a Comment