Kisah Abdurrahman bin Auf – Sahabat nabi yang kaya raya namun dermawan (bagain dua)

Kisah Abdurrahman bin Auf

Cerita islami, kisah ini merupakan lanjutan kisah sahabat nabi yang kaya raya namun dermawan yaitu Cerita Abdurrahman bin auf pada bagian pertama. Untuk membaca bagaimana kisah Abdurrahman bin Auf selanjutnya, silahkan simak di cerita bawah ini

Kisah Abdurrahman bin Auf yang dermawan

Ketika itu, suasana kota Madinah yang aman dan tenteram terusik oleh adanya debu tebal yang terlihat mengepul ke udara, datang dari tempat ketinggian di pinggir kota. Debu itu semakin tinggi bergumpal-gumpal hingga hampir menutupi ufuk pandangan mata. Sementara itu hembusan angin membawa gumpalan debu kuning dari butiran-butiran sahara yang lunak itu menghampiri pintu-pintu kota, dan menghempaskannya dengan kuat di jalanan Madinah. Penduduk Madinah mengira ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian dari balik gumpalan debu itu mereka mendengar suara hiruk pikuk, yang memberi tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang. Tidak lama kemudian, sampailah 700 kendaraan unta dengan muatan memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Penduduk Madinah dibuat sibuk dan riuh, saling memanggil dan mengimbau menyaksikan keramaian itu serta turut bergembira dan bersuka cita dengan datangnya harta dan rezeki yang dibawa kafilah itu.

Kisah Abdurrahman bin Auf
Kisah Abdurrahman bin Auf – Sahabat nabi yang kaya raya namun dermawan (bagain dua)

Tidak terkecuali Ummul Mukminin Aisyah ra. Demi mendengar suara hiruk pikuk itu, beliau bertanya, ‘Apakah yang telah terjadi di kota Madinah?”

“Kafilah Abdurrahman bin Auf baru saja datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya,” kata seorang perempuan yang berada di dekat beliau.
“Benarkah, kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?”
“Benar, wahai Ummul Mukminin, karena kafilah itu terdiri atas 700 kendaraan!”

Kisah Abdurrahman bin Auf – Mendengar itu, Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya sembari melayangkan pandangannya jauh ke depan, seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat atau ucapan yang pernah didengarnya. Kemudian beliau berkata,
‘Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan’.”

Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat yang pertama-tama masuk lslam, yang kaya tapi sangat pemurah, yang tidak pernah absen dalam setiap peperangan bersama Nabi saw., masuk surga dengan perlahan-lahan? Kenapa dia tidak memasukinya dengan berjalan cepat atau berlari kencang bersama angkatan pertama para sahabat Rasul? Tentu saja ini mengherankan. Keheranan itu dialami oleh siapa pun yang mendengar ucapan Aisyah, sehingga dengan cepat ucapan Ummul Mukminin itu menyebar. Salah seorang teman Abdurrahman bin Auf yang mendengar itu segera menyampaikannya kepada Abdurrahman. Mendengar itu, Abdurrahman terlonjak seperti menginjak bara api yang menyala. Dia tentu saja merasa sangat gembira, bahkan bahagia, mendengar namanya disebut oleh Aisyah Ummul Mukminin sebagai ahli surga. Namun dia juga tidak habis pikir, mengapa dia memasuki surga dengan perlahan-lahan. Maka, tanpa pikir panjang ditinggalkannya kafilah dagangnya yang menghebohkan itu. Diseretnya langkah-langkahnya menuju rumah Aisyah ra. Sesampainya di sana, Abdurrahman berkata,

“Wahai Ummul Mukminin, demi Allah, benarkah Anda telah mengucapkan demikian?”
” Benar, Abdurrahman.” jawab Aisyah.
‘Apakah Anda mendengarnya langsung dari Rasulullah saw.?”
“Ya.”
‘Alhamdulillah,” ucap Abdurrahman memuji syukur. Setelah itu dia diam sejenak, menghela napas.
“Demi Allah, andai aku sanggup, akan kumasuki surga dengan berjalan cepat.

Karena itu, wahai Ummul Mukminin, dengan ini aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah swt.!” Lanjutnya kemudian.

Maka dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya. Tentu saja penduduk Madinah bersuka cita karenanya. Mereka tidak habis-habis memuji kedermawanan Abdurrahman bin Auf. Dalam waktu singkat nama Abdurrahman bin Auf melambung, terkenal sebagai orang yang paling kaya dan paling dermawan di seantero Madinah.

Namun, jelas bukan itu yang diharapkan oleh Abdurrahman. Dia adalah orang yang ikhlas, sama sekali tidak membutuhkan pujian. Dia juga orang yang tanpa pamrih, sama sekali tidak butuh ketenaran. Abdurrahman melakukan semua itu semata-mata untuk mengharap keridaan Allah swt. Dia hanya berharap bahwa apa yang dilakukannya dapat mengubah nasibnya di akhirat kelak, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diucapkan oleh Aisyah di atas. Dengan pengorbanannya yang luar biasa besar itu, Abdurrahman berharap dapat memasuki surga dengan cepat seperti orang yang berlari, tidak lambat atau perlahan-lahan seperti orang yang merangkak.

Mendengar hal itu, Aisyah mendoakan, “semoga Allah memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga).”

Sejak berita yang membahagiakan itu, bahwa dirinya termasuk ahli surga, semangat Abdurrahman semakin meningkat untuk mengorbankan hartanya dijalan Allah. Pada suatu kesempatan dia menginfakkan sejumlah 40.000 dirham perak, pada kesempatan lain dia sedekahkan 40.000 dinar emas. Pada perang Tabuk dia menyumbangkan 200 uqiyah emas, pada peperangan yang lain tercatat dia menyumbangkan 500 ekor kuda kepada para pejuang. la juga pernah menyediakan sejumlah 1.500 ekor unta sebagai kendaraan perang.

Kisah Abdrurrahman bin Auf – Setelah Rasulullah saw. wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan para janda Rasulullah. Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu yang mulia itu bila bepergian. Apabila para ibu tersebut pergi haji, Abdurrahman turut pula bersama-sama mereka. Dia yang menaikkan dan menurunkan para ibu itu ke atas haudai (sekedup) khusus mereka. ltulah salah satu bidang khusus yang ditangani Abdurrahman. Dia pantas bangga dan bahagia dengan tugas dan kepercayaan yang dilimpahkan para ibu orang-orang mukmin kepadanya.

Salah satu bukti yang dibaktikan Abdurrahman kepada ibu-ibu yang mulia, ia pernah membeli sebidang tanah seharga empat ribu dinar. Lalu tanah itu dibagi-bagikannya seluruhnya kepada fakir miskin Bani Zuhrah sebagai sedekah dan kepada para janda Rasulullah sebagai hadiah. Ketika jatah Aisyah ra. disampaikan orang kepadanya, beliau bertanya, “Siapa yang menghadiahkan tanah itu kepada saya?”

Orang itu menjawab, ‘Abdurrahman bin Auf, wahai Ummul Mukminin.” Demi mendengar itu, Aisyah ra. pun mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku, kecuali orang-orang yang sabar.”

Tatkala hampir meninggal dunia, Abdurrahman memerdekakan sejumlah besar budak-budak yang dimilikinya. Kemudian diwasiatkannya supaya sebagian hartanya, sejumlah 400 dinar emas, diberikan kepada para veteran perang Badar yang berjumlah seratus orang. Dia juga berwasiat supaya hartanya yang paling mulia dihadiahkan kepada para Ummul Mukminin, para istri Nabi saw. Di samping itu, dia meningggalkan warisan pula untuk ahli warisnya sejumlah harta yang hampir tidak terhitung banyaknya. Dia meninggalkan kira-kira 1.000

Ekor unta, 100 ekor kuda dan 3.000 ekor kambing. Di samping itu masih ada peninggalannya berupa emas dan perak yang sangat banyak. Begitulah karunia Allah swt. kepada Abdurrahman bin Auf yang hartanya pernah didoakan oleh Rasulullah agar memperoleh berkah dari Allah swt. Abdurrahman bin Auf wafat pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, saat usianya mencapai 75 tahun. Saat pemakamannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Anda telah mendapat kasih sayang Allah, dan anda telah berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah senantiasa merahmati anda, wahai Abdurrahman bin Auf. Amin.”

Semoga kisah Abdurrahman bin auf di atas bisa kita ambil hikmahnya, dan meneladani kedermawanannya. Aamiin.

http://ceritaislami.net/abdurrahman-bin-auf-–-sahabat-nabi-yang-kaya-raya-namun-dermawan-bagain-dua/

0 Response to "Kisah Abdurrahman bin Auf – Sahabat nabi yang kaya raya namun dermawan (bagain dua)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel